Masjid Agung Al Jihad : Masjid Tertua Di Ciputat
Masjid Agung Al-Jihad merupakan masjid tertua di Ciputat
Selalu tersedia tempat yang
berbentuk seperti jaring yang disangkutkan pada dua buah drum yang ditujukan
kepada siapapun yang ingin menyumbang untuk pembangunan Masjid Agung Al-Jihad.
Pemandangan serupa adalah beberapa bapak-bapak yang sudah tua berdiri di
pinggir jalan sembari mengulurkan tangan kepada orang-orang yang melintasi
jalan dan angkutan-angkutan umum.
Masjid Agung Al-Jihad
adalah sebuah masjid yang masih tersisa di Ciputat sejak masa penjajahan
Jepang. Ketika itu bentuknya tidaklah sekokoh bangunan masjid seperti sekarang
ini, hanya dengan dinding bilik bambu dan kayu saja, langgar atau surau
sebutanya yang berarti musholla, yang hanya cukup ditempati kurang lebih
sepuluh orang saja. Masjid Agung Al-Jihad ini dibangun dari tanah wakaf yang
kemudian menjadi sebuah yayasan, namun banyak warga dan pimpinan dan
keanggotaan masjid sendiri yang menginginkan dan sangat mengharapkan masjid
agung ini bisa berdiri sendiri tanpa dinaungi oleh yayasan.
Pembangunan lantai dua Masjid Agung Al-Jihad
Nama Masjid Agung Al-Jihad
diambil dari berbagai maksud dan artian. Agung berarti sebagai masjid besar
pertama di Ciputat dan pusat dakwah yang sangat besar bagi Kota Ciputat.
Al-Jihad diartikan sebagai suatu kebaikan, jalan kebaikan tepatnya. Dimana
masjid ini didirikan sebagai sebuah masjid yang menyampaikan kebaikan dan
membawa pengaruh positif kepada semua orang.
Sebagai masjid yang
terbilang tertua di Ciputat dan menyimpan banyak sejarah mengenai Ciputat,
Masjid Agung Al-Jihad adalah masjid yang paling sering menyiarkan Agama Islam,
banyak sekali ulama-ulama yang berdakwah di masjid ini karena pada saat itu
penduduk Ciputat dan sekitarnya masih terbilang awam mengenai Agama Islam, para
penduduk mendapatkan pengajaran mengenai Agama Islam lebih mendalam serta belajar
membaca dan menulis Al-Quran di Masjid Agung Al-Jihad. Kebanyakan pengurus
masjid ini sebagian berasal dari dosen-dosen besar UIN Jakarta.
Buya Hamka merupakan sosok
yang memiliki peranan penting pada Masjid Agung Al-Jihad. Sewaktu ia masih
hidup banyak kontribusi yang beliau berikan untuk Masjid Agung Al-Jihad. Pada
masa itu pun Masjid Agung Al-Jihad dijadikan sebagai sorotan sebagai tempat
peribadatan yang memiliki dakwah sangat kental dan religius, hal tersebut
disebabkan karena mayoritas penduduk Ciputat dan sekitarnya bahkan hingga
menjadi Kota Tangsel ini adalah kaum muslim. Bentuk atapnya yang
menggunakan kubah kerucut menjadikan Masjid Agung Al-Jihad sebagai soroton
tersendiri. Ketika itu TVRI sering kali menjadikan Masid Agung Al-Jihad sebagai
masjid yang disorot untuk tayangan adzan maghrib di televisi tersebut.
Pada 1974 renovasi kedua
dimulai. Masjid Agung dirubah menjadi bangunan kokoh dengan dinding-dinding
yang terbuat dari bahan-bahan bangunan. Dipoles dengan warna hijau yang cerah,
terlihat memukau. Layaknya sebuah konstruksi sebuah bangunan yang memerlukan
perbaikan, seiring dengan berjalannya waktu, dinilai banyak terdapat kerusakan
pada konstruksi bangunan dan membutuhkan banyak perlengkapan ibadah yang
benar-benar memadai. Pada tahun 2004 renovasi ketiga pun dimulai. Pada renovasi
ketiga ini para pengurus dan pengelola masjid merasa sangat membutuhkan orang
yang dinilai paham betul mengenai konstruksi bangunan beserta keadaan bangunan
tersebut, maka dibentuklah dewan pembangunan masjid yang dipimpin oleh Ir.
Ramzi sebagai arsiteknya. Rencananya pembangunan Masjid Agung akan dibangun dua
lantai. Perenovasian Masjid Agung yang ketiga ini masih berlangsung sampai
degan saat ini dalam artian sudah hampir tujuh tahun lamanya perenovasian dan
pembangunan tingkat dua pada Masjid Agung belum rampung juga. Semua hal
tersebut didasari atas faktor dana yang dinilai belum memenuhi target
pembangunan. Sedikitnya donatur mengharuskan pihak pengelola masjid bekerja
dengan keras untuk memperoleh dana yang terbilang cukup banyak itu.
Masjid Agung Al-Jihad
memiliki cerita sejarah yang tidak akan terlupakan, sekedar mengingatkan
kejadian tahun 1984, saat terbakarnya gudang peluru marinir di Cilandak.
Dentuman peluru tersebut terdengar hingga berbagai wilayah, salah satunya
Cipuat dan sekitarnya. Dari pemaparan beberapa orang yang telah tinggal lama di
dekat Masjid Agung, salah satu dinding bagian tengah Masjid Agung Al-Jihad
rusak terkena dentuman peluru yang meledak. Hal tersebut mengakibatkan para
penduduk sekitar mengungsi ke wilayah Jombang, Ciputat Timur dan Parung, Bogor.
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ir. Ramzi, ketua dewan pembangunan Masjid
Agung Al-Jihad.
Baca juga: Sejarah Kota tangerang Selatan
Masjid ini juga sering menjadi tempat melepas lelah bagi sebagian orang
Meskipun sampai dengan
saat ini perenovasian dan pembangunan lantai dua Masjid Agung Al-Jihad masih
terus berjalan, tak lantas menjadikan Masjid Agung Al-Jihad meniadakan
kegiatan-kegiatan yang berlangsung setiap harinya. Masjid yang berada dalam
wilayah yang sangat strategis ini, yaitu dekat dengan Pasar Ciputat dan wilayah
padat penduduk dan keramaian kota, selalu membuat masjid ini terlihat sangat
ramai. Ketika waktu sudah menunjukan untuk shalat, berbondong-bondong orang
yang berada disekitarnya, seperti para pedagang, penjaga toko, dan orang-orang
yang sengaja berhenti dari perjalanannya untuk mampir dan beribadah di masjid
ini.
Ciputat bahkan Tangerang
Selatan adalah kota dengan penduduk Islam terbesar, setiap jengkal terdapat
masjid dan mushala. Hal yang harus kita sadari adalah menjaga keutuhan dan
mengembangkan nilai dakwah Islam agar kehadiran masjid dan mushala yang
tersebar di setiap titik wilayah memiliki daya tarik tersendiri serta memiliki
sejarah yang akan tetap diingat massa layaknya Masjid Agung.
Posting Komentar untuk "Masjid Agung Al Jihad : Masjid Tertua Di Ciputat"